Friday, November 07, 2008

Kontemplasi

Oleh : Muhasuh


Saat kita berjalan menyusuri belahan takdir demi takdir dalam episode perjalanan hidup kita, tak terasa begitu penatnya hati dan fikiran kita dalam menjalaninya, sehingga membuat batin kita limbung dan raga kita terluka yang kadang tidak kita sadari dan tidak kita hiraukan.

Bayangkan saja, disaat kita mencoba berusaha untuk mendapatkan pekerjaaan untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab kita dan pintu demi pintu kantor sudah kita ketuk, penolakan demi penolakan yang kita terima. atau...
disaat kita berulangkali menengadahkan tangan kita dengan gemetar dan diiringi dengan tetesan air mata di gelapnya malam, kehampaanlah yang kita terima, atau...
disaat kita sudah mencoba berlaku jujur tatapan sinislah yang kita temukan setiap saat, atau...
disaat ibadah dalam berbagai aspeknya sudah kita jalani dengan ketulusan, cobaan demi cobaanlah yang ada ditangan kita, atau...
disaat keterbukaan sudah kita paparkan dihadapan orang-orang yang kita kasihi, amarahlah yang kita terima , atau...
tadarus "kata-kata suci" yang kita lantunkan setiap saat tak mampu mengubah kehalusan budi dan tutur kata kita, atau...
puasa sunnah yang rajin kita laksanakan agar kita mampu berlaku shabar, ternyata amarah masih mendominasi diri kita, atau...
shalat yang kita lakukan dengan penuh kekhusuan dan ketulusan agar kita terhindar dari sikap keji dan munkar , ternyata kekejian dan kezalimanlah yang ada ditangan kita, atau...
disaat kita mencoba untuk tersenyum manis pada siapapun, ternyata bibir sinislah yang kita temui, atau...
teman yang sudah kita percaya luar dalam, tiba-tiba menohok dari belakang, atau...
anak yang sudah kita didik dengan berbagai didikan dan diharapkan mampu meneruskan cita-cita kita, ternyata limbung diterjang fatamorgana kesenangan sesaat, atau...
Harapan yang sudah ada didepan mata kita, tiba-tiba lenyap tanpa asa
Atau...atau...atau...

Ditengah kondisi tersebut dan disaat dahaga jiwa makin menyeruak, perlu kiranya kita melakukan penyegaran dengan melakukan kontemplasi, agar dapat menjelajah takdir demi takdir dengan ketegaran jiwa dan raga.

Kontemplasi dapat kita lakukan dengan berbagai bentuk, yang pada intinya dapat menyemangati jiwa yang sedang kelelahan dalam menjelajah takdir.
Dan barangkali syair di bawah ini dapat kita lakukan untuk berkontemplasi

Lagu satu
(Album Hijau - Iwan Fals)

Jalani hidup.. Tenang ..Tenang.. Tenanglah seperti karang
sebab persoalan bagai gelombang tenanglah...tenang... tenanglah sayang

Tak pernah malas
Persoalan yang datang hantam kita
dan kita tak mungkin untuk menghindar
semuanya sudah suratan

Oh matahari masih setia menyinari rumah kita
takan berhenti.. Takkan berhenti menghangati hati kita
sampai tanah ini inginkan kita kembali
sampai kejenuhan mampu merobek robek hati ini

Sebentar saja aku pergi meninggalkan
membelah langit punguti bintang
untuk kita jadikan hiasan

Tenang...tenang tenanglah sayang semuanya sudah suratan
Tenang...tenang seperti karang, bintang-bintang jadikan hiasan

Berlomba kita dengan sang waktu
jenuhkah kita jawab sang waktu
bangkitlah kita tunggu sang waktu
tenanglah kita menjawab waktu
seperti karang tenanglah...seperti karang tenanglah...seperti karang tenanglah