Tuesday, August 12, 2008

"GENERASIKU"

Oleh : Muhasuh
Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek)
yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya,
maka mereka kelak akan menemui kesesatan
(QS. 19:59)

Rasululloh pernah membuat statement nubuwah tentang kelangsungan ummat islam sepeninggal beliau. Statement nubuwah tersebut antara lain menyatakan bahwa ummat islam kelak akan mengikuti ummat lain sedikit demi sedikit sampai ummat lain masuk ke lubang biawakpun ummat islam akan mengikutinya juga. Statement yang lain menyatakan bahwa ummat islam diibaratkan sebagai hidangan yang dikelilingi oleh anjing anjing kelaparan.


Roda sejarah terus berputar seiring dengan berputarnya mayapada, sejarah anak manusiapun berputar mengikuti sang waktu yang tak pernah mau berhenti. Demikian pula halnya dengan sejarah ummat islam tak luput diterpa oleh hukum alam tersebut. Ummat islam yang pernah mencapai puncak kejayaannya beberapa abad silam, kini harus puas menjadi pelayan dan sekaligus santapan bagi anjing-anjing kelaparan. Dan andaikan ummat islam berada di rumahnya sendiri, maka ia belum menjadi tuan di rumahnya itu. Roda sejarah sepertinya tak mau beringsut dari posisi tersebut, sejarah sepertinya tak mau lagi berpihak pada ummat pertengahan ini. Warisan-warisan kejayaan islam kini hanya menjadi pengantar dongeng sebelum bangun tidur.


Arus globalisasi yang menerpa hampir di semua bidang kehidupan ummat islam dan tak mampunya ummat memilih dan memilah dampak yang menyertainya menambah kelam/panjangnya penderitaan ummat pilihan ini. Akhirnya globalisasi dijadikan kambing hitam oleh ummat akan ketidakberdayaan dirinya menghadapi kehidupan yang serba cepat ini. Dibalik globalisasi ummat berlindung akan kerapuhan mental spiritualnya, dan dibalik globalisasi pula ummat melegalisasi tindakan-tindakan pribadinya yang sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan ilahi.

Disisi lain, keluarga yang merupakan komponen terkecil dari suatu komunitas muslim dan diharapkan mampu membendung dampak negatif dari globalisasi sudah (hampir) kehilangan arah dan tujuannya dan bahkan ikut terseret dalam dampak negatif arus globalisasi. Para orang tua selaku penanggung jawab sebuah bahtera rumah tangga tak mampu lagi berperan sebagaimana mestinya. Akhirnya dalam kondisi rumah tangga seperti ini, generasi muslim hanya mewariskan sesuatu (nilai-nilai islam) yang sudah tidak mereka banggakan lagi, dan bahkan banyak diantara mereka yang tidak mewariskan apa-apa, dan yang lebih parah lagi mereka mewariskan nilai-nilai jahiliyah dan dijadikannya nilai-nilai tersebut sebagai pegangan dalam meniti kehidupan dan sebagai simbol kebanggan tersendiri. Rumah tangga yang pada hakekatnya tempat lahirnya generasi-generasi pelanjut misi Risalah dan penanaman nilai-nilai budaya islam serta benteng terakhir dalam melawan dampak arus globalisasi negatif akhirnya terintervensi dan terinfeksi budaya-budaya yang tidak sesuai dengan nilai utama.

Generasi muda islam yang diharapkan mampu membawa panji-panji Risalah akhirnya terperosok jauh dalam kehidupan "Fatamorgana" dunia. Generasi yang diharapkan mampu mengembalikan "Citra Ummat Islam" akhirnya terkapar tanpa daya terperosok dalam buaian kehidupan semu.

Beranjak dari masalah di atas, maka tugas untuk mengembalikan "kejayaan ummat islam" merupakan tanggungjawab bersama ummat islam secara keseluruhan. Untuk itu tidaklah salah apabila kita mulai dengan menghidupkan peran dan fungsi dari intstitusi rumah tangga (pendidikan) dimana pembinaan generasi dilakukan (QS : 66: 6) sebab kita tidak ingin mewariskan generasi yang menjadi beban dalam melawan dampak negatif arus globalisasi tapi kita mesti mewariskan generasi yang mampu membawa beban tersebut. Firman Allah dalam QS 4:9 ""Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak (generasi) yang lemah yang mereka khawatir terhadap mereka". Tanpa befungsinya secara benar institusi pendidikan dan rumah tangga hanyalah akan mendatangkan/menghasilkan generasi yang selalu memperturutkan hawa nafsu belaka, generasi yang hanya memikirkan diri sendiri, generasi yang tidak memiliki tanggungjawab moral dalam kehidupannya, generasi yang mengabaikan penghambaan kepada Tuhannya.

Firman Allah dalam QS 19:59 "Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan".
Ayat tersebut adalah rangkaian ayat-ayat sebelumnya yang berkisah tentang contoh harmonisasi kehidupan yang disinari oleh nur ilahi, namun oleh karena kurangnya kesadaran dalam menerima pendidikan (masa bodoh), maka lambat laun kehidupan tersebut sirna dan berganti dengan kehidupan jahiliyah dimana mereka diperbudak oleh hawa nafsunya. Apabila ini terjadi dan tidak bisa diubah maka akan semakin menderitalah kehidupan ummat.

Surat Luqman (31:13 - ) menegaskan kepada kita bahwa pembinaan dan pendidikan anak merupakan suatu kewajiban bagi orang tua (pendidik), dan orang tua (selaku pendidik) wajib memberikan pendidikan dan pembinaan yang benar, yaitu pendidikan dan pembinaan yang diarahkan pada penyiapan generasi robbani (kehendak ilahi). Pembinaan yang tidak diarahkan pada pencapaian generasi tersebut hanya akan menghasilkan generasi yang gersang ruhaninya. Maka sudah selayaknyalah para orang tua/pendidik bukan hanya sekedar memberikan ilmu tapi juga mesti menjadi uswah bagi anak-anaknya, sehingga disamping anak menerima ilmu secara teoritis ia juga dapat mempraktekkan ilmu secara berjalan. Dengan demikian para orang tua akan mampu mengevaluasi pendidikan dan pembinaan yang telah diberikan. Evaluasi hasil pendidikan dan pembinaan merupakan suatu yang sangat penting sekali, karena dengan evaluasi dapat diketahui sejauhmana keberhasilan pendidikan dan pembinaan tersebut. Evaluasi telah dilakukan oleh para Nabi dalam mengakhiri masa tugasnya. Nabi Muhammad SAW menyampaikan hasil evaluasi pada pelaksanaan haji wada, demikian juga yang dilakukan oleh keluarga besar Ibrahim AS. Perhatikan QS2:122-123 : Dan Ibrahim telah mewariskan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ta'qub. (Ibrahim berkata) :"Hai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan islam. Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:"Apakah yang kamu sembah sepeningalku?" mereka menjawab :"Kami akan menyembah Tuhanmu, Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadanya".

Dan semogalah DIA memberikan kekuatan dan keshabaran kepada kita untuk mampu menyiapkan generasi Robbani.

(Untuk lelah dalam penantian, semoga tidak melunturkan semangat)