Thursday, November 25, 2010

Stresss

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS 59: 19)


Kehidupan seringkali berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Harapan kita untuk hidup lebih layak dalam berbagai aspek kehidupan ternyata jauh dari yang kita bayangkan. Kemudahan-kemudahan yang kita dambakan dalam meniti perjalanan hidup ternyata tak kunjung diraih. Ketika itulah beban dipundak, fikiran dan hati seakan-akan bertambah berlipat-lipat yang membuat kita tidak mampu bersikap dan bertindak secara normal dan rasional yang pada akhirnya mempengaruhiseluruh sendi fisik dan psikis kita. Berbagai penyakit akan mudah hinggap dalam tubuh disebabkan kita sudah tidak fokus pada usaha yang harus terus dijalani, kita malah terus berkutat dengan bayang-bayang kegagalan demi kegagalan dan penyesalan demi penyesalan. Kita tidak pernah mau menerima kenyataan yang sedang dihadapi. Jadilah kita seakan-akan orang yang terpenjara yang tidak memiliki keleluasaan untuk bertindak. Penjara yang kita ciptakan itu akhirnya membuat diri terkapar tanpa daya. Melangkah salah, diam juga salah, berteriak salah.

Kebanyakan manusia ketika mendapatkan kesusahan dia berkeluh kesah (qs 70: 19-21). Hal seperti inilah yang menyebabkan seseorang tidak menyadari bahwa hidup memiliki berbagai kondisi, yang kesemuanya harus kita hadapi dengan kejernihan berfikir dan bertindak. Selaku manusia seyogyanyalah kita faham, bahwa apa yang kita usahakan tidak melulu harus berhasil. Ketidakberhasilan seharusnyalah menjadikan kita lebih teliti dan sungguh-sungguh lagi dalam mengusahakan apa yang kita harapkan. Dan tidak boleh terpenjara dengan kegagalan yang kita terima serta tidak boleh berfoya-foya manakala keberhasilan kita raih.

Kesenangan hidup yang diberikan Allah dalam berbagai aspeknya memang membuat manusia menjadi tinggi hati atau sombong. Merasa dirinya lebih dari orang lain, dan meremehkan. Manusia-manusia seperti inilah yang apabila mendapatkan kesusahan gampang terhinggapi stress, manusia yang hampir alpa untuk mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan, merasa setiap hasil usahanya bukan karena kemurahan Allah tapi atas hasil usaha tangannya sendiri.

Manusia yang melupakan kemurahan Allah atas nikmat yang diterimanya, akhirnya tak punya gantungan yang kokoh ketika menghadapi kegagalan berbagai usaha yang dilakukannya. Sekuat apapun dirinya untuk bangkit tetap saja dia tak kuasa dan malah terus terkapar dalam kegagalan yang diciptakannya sendiri. Kemampuannya yang selama ini dibanggakan tak berarti sama sekali ketika berhadapan dengan kehendak Ilahi yang memang datang untuk memberi pelajaran padanya.dalam kondisi seperti itu, bukannya ia menyadari keterbatasan dirinya dihadapan takdir Yang Maha Kuasa, dia malah memaksakan terus dan terus kemampuan-kemampuan yang dimilikinya. Sampai pada saatnya dia bimbang dengan langkah-langkah yang dilakukannya. Akhirnya ia terpaku... melamun tanpa daya dan pada gilirannya kondisi tersebut mempengaruhi fisik dan psikisnya. Ia tak mampu memikul beban akibat dari kegagalannya. Ia merasa malu dengan orang-orang disekelilingnya. . Dan kalau sudah seperti itu apalagi kalau bukan Stress

Pelajaran hidup memang membutuhkan kearifan dalam menjalaninya. Kita sebagai insan beriman mesti mesyadari bahwa segala keberhasilan adalah atas kemurahan Allah kepada kita agar kita tetap selalu ingat pada-Nya. Dan bahwa kegagalan adalah pembelajaran diri agar kita bisa tampil lebih baik lagi dalam masa selanjutnya.

Ayat di atas (59: 19) cukuplah menjadi sandaran kita agar tidak sekalipun melupakan Allah dalam kondisi apapaun. Karena jika itu terjadi maka Allah pun akan melupakan diri kita, bahkan kitapun akan dilupakan oleh diri kita sendiri. Jadi Jangan SOMBONG dan jangan Gampang Putus Asa. (Draft Tuisan)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home