Ibadah dan Kekeringan Spiritual
Oleh : Muhasuh
PENDAHULUAN
Menyelami arus yang terjadi dalam kancah pergolakan baik arus bawah dan arus atasnya ternyata pesatnya kemajuan disegala bidang yang ada membawa dampak yang teramat berat (disamping dampak positif yang memang ada, berkaca dari kata kemajuan itu sendiri) bagi ummat dalam mengaktualisasikan dirinya ditengah-tengah perubahan tersebut (apabila kata perubahan itu sendiri belum terpahami). Dan yang lebih parah lagi ummat tak mampu memberi peran sumbangsih yang diharapkan demi kemajuan dan kejayaan Islam. Ummat "terpenjara" oleh perubahan itu sendiri dan akhirnya ummat hanya akan menjadi santapan "anjing-anjing kelaparan" dibelantara roda pembangunan.
Pembangunan dirasakan oleh hampir sebagian ummat Islam hanya bertumpu pada satu tumpuan saja yaitu materi atau yang acap kita kenal dengan "Economic minded", dengan mengabaikan nilai spiritual (kedekatan pada Tuhan). Munculnya pendapat-pendapat seperti ini tentu saja tidak bisa kita salahkan, sebab memang hampir dalam setiap roda pembangunan, bangunan dan kesenangan fisik senantiasa mendapat prioritas yang lebih dari yang lainnya. Maka amat wajar pulalah bila ummat Islam mengkhawatirkan tentang spiritualitas diri yang makin hari makin menjauh dan sulit didapatkan.
Beranjak dari permasalahan di atas, penulis (dengan kemampuan yang amat terbatas) mencoba untuk memaparkan sedikit tentang kekeringan spiritual sebagai upaya untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam menghadapi dampak pembangunan yang makin mengabaikan nilai-nilai spiritual.
MAKNA KATA SPIRITUAL
Untuk memahami permasalahan yang sedang kita bahas ini, tentunya hal yang pertama sekali harus kita lakukan adalah mengetahui makna dari kata "spiritual" itu sendiri. Sebab tanpa kita mengetahui makna suatu kata yang sedang kita bahas, maka akan muncul berbagai penafsiran yang justru akan menambah rancu pemecahan masalah tersebut. Untuk itu penulis merujuk kata spiritual dari Kamus Inggris Indonesia Karangan John M.Echols dan Hassan Shadily. Pada halaman 546, kata spiritual berarti bathin atau ruhani, lebih jauh lagi ditulis bahwa spiritual (dengan kata dasar spirit) bisa berarti pula Ruh (jiwa), Semangat, Arwah, Jin (Hantu), Suasana. Dengan demikian spiritual bisa kita artikan sebagai kondisi bathin (jiwa) kita dalam menjalankan aktifitas kehidupan ini yang terefleksi (kadang-kadang) dalam gerak (olah) tubuh. Kekeringan spiritual berarti kering/kosongnya jiwa (dari apa?)
SPIRITUAL DAN MASALAHNYA
Pengetahuan yang keliru tentang makna ibadah serta kurangmampunya ummat menangkap ruh ajaran islam menyebabkan banyak diantara kita (ummat) mendefinisikan ibadah secara terpisah (parsial) dengan aktifitas kehidupan sehari-hari. Ibadah dalam pandangan ummat adalah ketidakterkaitan antara pemenuhan kebutuhan hidup (material) dengan kebutuhan akan kedekatan dirinya pada Tuhan (Spiritual), sehingga banyak ummat merasa dirinya (Jiwa) kering (kekeringan spiritual) manakala ia "amat sedikit" dalam melaksanakan ibadah (ritual) dan menganggap dirinya terlalu sibuk dalam urusan keduniaan (pemenuhan diri). Pandangan seperti ini sedikit banyak dipengaruhi oleh unsur luar. Unsur luar yang dimaksud adalah akibat proses sosialisasi pemahaman ummat dengan konsep pemikiran yang ada. Lebih tragis lagi penyebab kekeringan spiritual yang terjadi (pandangan ummat) dinisbatkan oleh dampak pembangunan yang giat dilakukan. Mereka berpendapat bahwa sisi-sisi spiritual terabaikan dan yang terangkat adalah sisi-sisi material. Misalnya dengan titik tekan pembangunan pada bidang ekonomi belaka.
Contoh yang paling gamblang dalam masalah di atas telah ditampilkan dalam pentas sejarah islam oleh tiga orang shahabat. Ketika tiga orang shahabat bertanya kepada Aisyah tentang ibadah Beliau SAW, dan ketika telah mendapat jawabannya, mereka merasa bahwa diri mereka teramat kecil. Lalu salah seorang berkata akan berpuasa terus-menerus tanpa berbuka, yang seorang lagi berkata akan shalat terus-menerus dengan meninggalkan tidur, yang seorang lagi berkata tidak akan kawin, dan terus membujang. Mereka semuanya menganggap bahwa hal-hal yang akan ditingalkannya itu merupakan penghambat bagi dirinya untuk beribadah pada Alloh. Mengetahui kondisi demikian, Rasululloh bersabda, "Aku orang yang paling beriman dan bertaqwa, tapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan tidur, serta aku kawin dan tidak membujang".
Pada contoh di atas terlihat betapa para shahabat belum mampu mendefinisikan hidup (ibadah) menurut konsep ajaran islam. Para shahabat tersebut merasakan bahwa hidup untuk "pemenuhan diri" tidaklah masuk kedalam kriteria ibadah yang akan mendekatkan dirinya pada Tuhan.
Sementara itu dikalangan ummat beredar anggapan bahwa dengan (banyak) beribadah (ritual) kepada Alloh akan menghapuskan kekeringan spiritual yang melanda dirinya. Ternyata pendapat ini tidaklah selalu tepat dan benar. Hal ini bisa kita buktikan dengan fatwa-fatwa Rasululloh SAW, beliau mengatakan betapa banyaknya orang yang bangun malam (untuk shalat) ternyata tidak mendapatkan apa-apa selain melek mata belaka, betapa banyaknya orang yang puasa ternyata hanya mendapatkan lapar dan haus saja. Dilain tempat (hadit qudsi) betapa pembaca-pembaca Al-Qur'an di azab dineraka oleh Alloh (karena tanpa amal). Bukankah Alloh sendiri menyatakan "Celaka" bagi mereka yang shalat, yang mereka itu lalai dari shalatnya. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa kokohnya spiritualitas diri tidaklah ditentukan oleh banyaknya kita beribadah (ritual) kepada Alloh. Kalau begitu apa?
Penyebab tentram dan gelisahnya diri (kekeringan spiritual) adalah sesuatu yang ada dalam diri yang kebutuhannya tidak terpenuhi. Rasululloh SAW menyatakan Didalam tubuh ada sekerat daging yang apabila daging itu baik maka baiklah seluruh tubuh itu, dan bila sekerat daging itu rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh itu, sekerat daging itu adalah hati. Inilah kunci dari kekokohan dan kekeringan spiritual yang kita rasakan.
AL-QUR'AN DAN MISI SUCINYA
Al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril merupakan petunjuk dan pemandu manusia dalam kehidupan didunia dan akhirat. Sebagai pemandu kehidupan didunia Al-Qur'an mengingatkan manusia akan jati dirinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, yaitu makhluk yang bertanggungjawab kepada dirinya dan juga masyarakat sekitarnya. Wujud dari tanggungjawab kepada dirinya, manusia diwajibkan untuk mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang bersifat materi/ kebendaan dan juga ruhani. Sementara wujud dari tanggungjawabnya kepada masyarakat sekitarnya adalah dengan melakukan sosialisasi dalam kehidupannya. Yang dengan demikian manusia akan saling bergantung satu dengan yang lainnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sebagai pemandu kehidupan akhirat Al-Qur'an mengingatkan manusia untuk senantiasa ingat akan pencipta-Nya dalam setiap melakukan aktifitasnya. Al-Qur'an menentang pemenuhan kebutuhan diri yang tidak dikaitkan dalam rangka ingat pada-Nya. Bukankah Al-qur'an mengecam dan mengancam mereka yang menumpuk-numpuk harta dan enggan menyisihkannya di jalan Alloh ataupun melakukan ibadah tanpa peduli terhadap manusia sekitarnya.
Al-Qur'an disamping sebagai pemandu bagi manusia acapkali iapun digunakan sebagai pengisi ruhani manusia dengan jalan membacanya. Namun ketidaktahuan manusia dalam berdialog dengan Al-qur'an menyebabkan seseorang (merasa) tak mendapatkan ketentraman dan (merasa) makin jauh dari Tuhan. Hal ini disebabkan karena dalam berdialog kita memandang Al-Qur'an hanya sebagai sebuah kitab suci tanpa kita sendiri mampu mensucikan nilai-nilai yang ada didalamnya atau dengan kata lain kita tidak menjadikan Al-Qur'an sebuah "Kitab Suci" bagi jiwa kita. Dengan demikian kekokokan ruhani (spiritual) yang kita harapkan dari hasil berdialog tidak akan tercipta. Hal ini juga disebabkan karena dalam berdialog dengan "Kata-kata suci" tersebut kita tidak menggunakan (menghadirkan) "diri yang suci". Bukankah Al-Qur'an telah menandaskan bahwa ia (Al-Qur'an) tidak disentuh melainkan oleh (orang-orang) yang suci (disucikan)?
JALAN MENDEKATKAN DIRI PADA TUHAN
Makna ibadah yang saat ini dipahami terkesan amat sempit yaitu hanya dibatasi oleh ibadah-ibadah ritual saja seperti shalat, shaum, baca Qur'an. Padahal Alloh telah menegaskan pada kita melalui Kalimah Sucinya didalam Al-Qur'an bahwa "tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku". Aktifitas manusia (setiap perbuatan baik) pada hakekatnya adalah ibadah. Untuk itulah Nabi Saw bersabda "Setiap amal tergantung dari niatnya, ia akan mendapatkan apa yang ia niatkan" dan juga "tidak diterima amal perbuatan yang tidak dimulai dengan "membaca bismillah". Dengan demikian aktifitas apapun yang kita lakukan akan bermakna ibadah manakala ia kita niatkan lillahi ta'ala dan dimulai dengan ucapan bismillah. Keperansertaan hati dan tekad yang kuat, serta memandang sesuatu sebagai ibadah, insyaAlloh akan mengikis kekeringan spiritual yang ada.
Di atas telah disinggung ada pendapat yang menyatakan bahwa banyak beribadah akan menjadikan diri dekat dengan Tuhan. Sebenarnya bila kita mau membuka dan membolak-balik Al-Qur'an dan hadits disana akan kita temui betapa kedekatan diri pada Tuhan hanya akan terwujud manakala kita melakukan hubungan kemasyarakatan (Peduli). Tuhan hadir ditempat orang sakit, ditempat orang yang kehausan dan kelaparan, bahkan Tuhan hadir manakala kita menjamu tamu kita dengan baik.
Dan hal yang terpenting agar diri selalu dekat dengan Tuhan adalah dengan menyadari bahwa Tuhan itu nyata, dan dia mengawasi setiap gerak langkah kita dimanapun kita berada.
PENUTUP
Kekeringan spiritual yang melanda akan terus menerjang dan menghantam kita, manakala kita tak menyadari bahwa hidup pada hakekatnya adalah penghambaan diri dan komitmen yang utuh pada Allah SWT
.
Bahwa jalan mendekatkan diri pada Tuhan tidaklah hanya ditentukan oleh banyaknya melakukan aktifitas ibadah (ritual), tapi kedekatan pada Tuhan akan tercipta manakala kita menyadari bahwa segala aktifitas yang kita lakukan pada hakekatnya adalah bermakna ibadah. Dan yang lebih terpenting lagi ialah bahwa Tuhan senantiasa ada dimanapun kita berada. Untuk itu janganlah kita membohongi Tuhan.
2 Comments:
semoga... Allah selalu memberkati langkah2 kita... fisik kita juga ruhani kita... amiinn...
Selamat Siang,
saya sudah membaca blog anda, sangat mudah di pahami dan saya sangat tertarik untuk bekerja sama dengan anda, kami dari Forexmart menawarkan kerja sama affiliasi yang sangat menguntungkan untuk anda, jika anda berminat dan tertarik dengan penawaran ini bisa menghubungi email saya di www.forexmart.com dan saya akan memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai penawaran kerjasama ini.
Terima Kasih dan salam sukses untuk anda
Post a Comment
<< Home