"Tanda-Tanda" TUHAN
Oleh : Muhasuh
—
–-
Dalam menjalani aktifitas kehidupan, manusia dituntut untuk senantiasa memperhatikan "tanda-tanda/ rambu-rambu" yang ada disekelilingnya. Perhatian terhadap tanda-tanda ini menjadi sesuatu yang amat penting dan berharga sekali sebab ia memberikan arah yang benar dan jelas bagi perjalanan manusia, sehingga ia tidak tersesat dan selamat sampai ditujuan.
--
--
Namun meskipun tanda-tanda/ rambu-rambu sudah banyak terlihat diberbagai tempat, tapi masih saja banyak manusia yang melanggarnya. Entah dengan ketidaktahuan ataupun dengan secara sengaja. Akibat yang ditimbulkan dari pelanggaran tanda-tanda/ rambu-rambu menjadi amat fatal, antara lain dirinya dan orang lain menjadi korban kesia-siaan. Banyak kejadian atau musibah yang bermula dari pengabaian terhadap rambu/ tanda ini. Barang kali sewaktu pertama kali ia melanggar rambu-rambu/ tanda-tanda tidak terjadi apa-apa bahkan ia sampai ditujuan lebih cepat beberapa waktu dari yang lainnya. Karena itulah pada kali yang lain (karena keenakan) ia mencoba dan mencoba untuk melanggarnya. Dan ketika itulah, disaat ia lengah, disaat sesuatu diluar perhitungannya berjalan, kecelakaan/ musibah menimpa dirinya.
--
--
Dalam konteks yang lebih luas lagi, tanda-tanda/ rambu-rambu juga ada dalam kehidupan yang diberikan Tuhan kepada manusia dalam wujud kitab suci. Kitab suci memberikan arah yang jelas, tegas, terang, benar bagi ummat agar selamat dalam kehidupan didunia untuk nantinya memetik hasil yang baik di akhirat. Kitab suci sebagai rambu/ "tanda-tanda" Tuhan bukanlah hanya sebatas teks tanpa aplikasi/ penerapannya. Bila ini terjadi maka kita berpotensi menjadi orang-orang yang senantiasa melanggar tanda/ rambu-rambu itu tanpa kita menyadarinya. Dan jadilah kita orang-orang yang merugi.
--
--
Dalam upaya "mematuhi" rambu-rambu/ tanda-tanda Tuhan, sebagai orang yang beriman kita mesti berjalan pada rel/arah yang benar. Dengan berjalan pada rel/arah yang benar diharapkan nantinya kita dapat mencapai kebahagiaan yang hakiki baik di dunia ini maupun diakhirat kelak. Berjalan pada arah yang benar berarti kita harus senantiasa berpegang pada tujuan yang telah ditetapkan Tuhan, karena tanpa berpegang pada tujuan yang telah ditetapkan maka manusia pada hakekatnya berada pada arah yang salah. Tujuan yang dimaksud adalah mengabdi pada Tuhan dalam kehidupan ini.(QS 51: 56; 6: 162)
--
--
Namun demikian dalam mewujudkan tujuan tersebut, kita mengalami berbagai kendala dalam pencapaiannya. Hal ini disebabkan karena dalam diri kita ada 2 (dua) unsur yang saling tarik menarik, yaitu unsur tanah dan unsur ruh, yang dengan hal itu kita mempunyai 2 (dua) kecenderungan dalam diri kita, yaitu kecenderungan untuk menempuh jalan kefasikan dan kecenderungan menempuh jalan ketakwaan. Firman Alloh "Maka Alloh mengilham-kan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya" (QS 91:8)
--
--
Jalan kefasikan oleh manusia ditempuh karena ia lebih mementingkan dirinya atau menjadikan hawa nafsu sebagai motor penggerak kehidupannya. Sementara jalan ketakwaan yang ditempuh oleh manusia karena ia menjadikan wahyu sebagai motor penggerak dirinya dalam menjalani kehidupan ini.
--
--
Seseorang yang memilih jalan ketaqwaan, senantiasa memperhatikan setiap gejala/ tanda-tanda yang ada atau yang muncul dari dirinya dan disekelilingnya. Dengan kata lain ia tidak pernah lengah dalam meniti hari-harinya dalam kehidupan ini. Apapun yang dijumpainya, apapun yang dilihatnya, atau apapun yang menimpa dirinya akan senantiasa diambil hikmahnya.
Sementara bagi yang memilih jalan kefasikan, mereka tidak pernah mau memperhatikan tanda-tanda atau gejala-gejala baik yang ada pada dirinya maupun yang ada disekelilingnya. Bahkan mereka merasa bahwa apa yang dijalani selama ini merupakan sesuatu yang tidak melanggar aturan-aturan Tuhan. Seseorang yang mengabaikan tanda-tanda Tuhan akan menyebabkan terkuncinya hati dan fikiran mereka. Sehingga dengan kondisi tersebut mereka secara leluasa melakukan aktifitasnya tersebut tanpa rem dan tanpa aturan Tuhan.
--
--
Pada ayat di awal tulisan ini (QS 6: 44) terkesan bahwa Alloh membiarkan seseorang menikmati kesenangan-kesenangan semu bahkan terkesan pula bahwa Alloh malah memberi jalan kepadanya untuk mencicipi kesenangan semu itu. Atau dengan kata lain sepertinya Alloh membenarkan orang tersebut dalam menikmati kesenangan-kesenangannya. Padahal tidaklah demikian, dengan telah tertutupnya mata dan hati mereka dari peringatan/ tanda-tanda Tuhan menyebabkan mereka mengabaikan semua tanda-tanda Tuhan yang ada disekelilingnya, dan dengan pengabaian itu maka ia merasa bebas untuk melakukan apa saja yang sesuai dengan hawa nafsunya walaupun hal itu bertentangan dengan kehendak Alloh SWT. Seorang yang korupsi misalnya, sekali tidak ketahuan maka ia akan mencoba untuk mengulanginya kembali, sampai satu saat ketentuan Allohpun datang atasnya. Ataupun seorang yang mengabaikan fakir miskin yang ada disekelilingnya lambat laun harta kekayaannya akan digerogoti entah dari dalam dirinya/ keluarganya atau "kemarahan alam" atasnya. Seorang pemimpin yang aji mumpung, yang dalam kepemimpinannya berbuat seenaknya tanpa mengikuti aturan yang disepakati dan mengabaikan ummat (rakyat) yang dipimpinnya, lambat laun ia akan jatuh secara menyakitkan. Atau orang yang gemar dan rajin berzinah, sewaktu-waktu ketentuan Tuhan datang padanya, maka ia dihinggapi berbagai penyakit yang tak dapat disembuhkan dan menunggu ajalnya. Dan ketika kondisi tersebut terjadi, maka benarlah apa yang difirman kan-Nya ".... DAN KETIKA ITU MEREKA TERDIAM BERPUTUS ASA"
--
--
Cntoh-contoh pelanggaran dalam memperhatikan tanda-tanda Tuhan tersebut dianggap angin lalu oleh mereka-mereka yang gemar melanggar Tanda-tanda Tuhan. Mereka beranggapan bahwa orang-orang tersebut tidak menggunakan perhitungan yang matang ketika melanggar tanda-tanda tuhan. Maka dapat kita saksikan hari ini, semakin banyak orang-orang yang melanggar rambu/ tanda-tanda Tuhan.
--
--
Kita berharap semoga Alloh menjadikan kita orang-orang yang senantiasa memperhatikan tanda-tanda Tuhan.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home