Friday, April 21, 2006

Dunia Lebih Hina Dari Bangkai

Oleh : Muhasuh

Bangkai-bangkai busuk mungkin hari ini dan hari-hari lalu begitu amat dekatnya dengan kehidupan kita. Bau busuknya terasa begitu amat harum menurut penciuman kita. Tidak heran seringkali kita berdekatan dengan bangkai-bangkai tersebut bahkan mungkin kita menganggapnya sebagai hidangan yang lezat untuk kita santap.

Pada suatu hari Rasululloh Saw lewat di pasar melalui bahagian atas. Orang banyak mengikuti beliau di kiri dan di kanan. Beliau bertemu dengan bangkai seekor anak kambing yang kecil kedua telinganya (cacat) Lalu dihampiri dan diambilnya anak kambing pada telinganya. Kata beliau, "Siapakah diantara kamu yang suka membeli ini dengan satu dirham?" Jawab mereka, "Kami tidak suka sedikitpun jua. Untuk apa bagi kami". Tanya beliau, "Sukakah kamu diberi dengan cuma-cuma?" Jawab mereka, "Sekalipun dia hidup kami tidak akan mau, karena anak kambing itu bercacat. Kedua telinganya kecil. Apalagi dia sudah menjadi bangkai". Sabda Rasululloh Saw., "Demi Alloh, sesungguhnya dunia lebih hina disisi Alloh Ta’ala dari pada anggapanmu terhadap bangkai ini". (Muslim 4:386)
------
Segala bentuk kesenangan yang ditampilkan dalam pentas kehidupan dunia memang amat menarik hati setiap orang, sehingga apapun risiko yang harus dihadapi akan dilakukan, walaupun mungkin harus melewati jalanan yang terjal, hujan badai, panas terik, dingin yang begitu hebatnya, mengeluarkan biaya yang begitu banyaknya atau bahkan melakukan hal-hal yang tidak etis atau tidak bermoral sekalipun. Mereka tak peduli semua itu yang penting keinginan hawa nafsunya bisa terpenuhi dan terpuaskan.
Bentuk kesenangan dunia yang disebutkan di atas, dalam kehidupan sehari-hari banyak macamnya, diantaranya tempat-tempat hiburan/ tontonan yang menjajakan berbagai macam kesenangan sesaat, pergaulan bebas, berbagai jenis permainan, harta benda dan masih banyak lagi yang lainnya. Mereka yang tidak memanfaatkannya disebut sebagai orang kampungan. Mereka yang memanfaatkannya menganggap diri mereka sebagai orang modern yang memahami bagaimana seharusnya menikmati kehidupan ini.
Mereka memandang segala sesuatu tentang kesenangan bagaikan memandang keindahan alam. Mata mereka tak berkedip dan bibir mereka berdecak kagum. Sehingga mereka terus terpana oleh keelokannya. Kondisi tersebut direkam oleh Al-Qur'an dalam firman-Nya: Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir (QS2:212).
Hal seperti itu pada akhirnya hanya akan menciptakan/ melahirkan manusia-manusia yang materialistis, yaitu manusia yang memandang orang lain melulu dari sisi (kaca mata) materi (kebendaan). Mereka lebih menghargai penampilan luar seseorang daripada sisi ruhaninya. Betapa banyaknya kita begitu menghargai orang yang berada (kaya) yang memiliki penampilan yang "wah", sementara kita tak memandang sebelah matapun kepada mereka yang miskin, bahkan kita begitu amat meremehkannya. Peristiwa seperti itu pernah pula terjadi pada masa Rasululloh SAW. "Abul Abbas (sahl) bin Sa’ad as Sa’dy ra berkata: Ketika Rasululloh SAW sedang duduk, tiba-tiba ada orang yang lewat didepannya, lalu Rasululloh SAW bertanya kepada orang yang berada disebelahnya, Bagaimanakah pendapatmu tentang orang ini? Jawabnya, "Ia adalah seorang bangsawan. Demi Alloh, sungguh layak apabila ia meminang akan diterima, dan apabila ia membantu memintakan sesuatu untuk orang lain pasti akan diterima." Rasululloh SAW pun diam. Kemudian lewat orang yang lain. Rasululloh SAW bertanya lagi kepada shahabat yang berada disebelahnya. "Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?" Jawabnya, kalau ia meminang tidak diterima dan kalau ia menolong memintakan sesuatu untuk orang lain tidak diterima". Maka bersabda Rasululloh SAW. "Orang ini (yang kedua) lebih baik sepenuh bumi daripada orang yang tadi itu (pertama)" (HR Bukhari Muslim H99 KC)
Bentuk-bentuk kesenangan dunia yang dapat dinikmati bukan hanya yang disebutkan di atas. Barangkali bentuk-bentuk tersebut memang selama ini kita jauhi karena begitu amat nyata mudharatnya dan dapat dilihat dengan kasat mata, padahal masih banyak bentuk-bentuk kesenangan yang secara sadar atau tidak sadar kita anggap hal yang biasa dan tidak akan berpengaruh pada pencapaian tujuan kehidupan kita dalam rangka beribadah kepada-Nya. Bentuk-bentuk tersebut umumnya begitu amat dekat dengan diri kita dan kehidupan kita. Bentuk kesenangan itu umumnya adalah sesuatu yang menyebabkan emosi kita ikut berperan dalam menikmatinya. Bisa dalam bentuk harta/ uang, permainan, benda atau binatang yang kita miliki, tontonan dalam berbagai bentuknya, anak/ istri/ suami, bacaan-bacaan, atau bahkan tubuh yang kita miliki. Pada kesempatan ini, saya mencoba untuk mengurainya menjadi 3 bagian, yaitu (1) harta benda/ uang, (2) binatang peliharaan, dan (3) diri sendiri.
Harta Benda/ Uang
Bentuk kesenangan berupa harta benda (uang) merupakan bentuk kesenangan yang paling amat dicari oleh manusia. Ia dibutuhkan oleh siapapun, dari orang miskin sampai orang kaya, dari petani sampai pejabat bahkan dari anak kecil sampai kakek-kakek. Dengan kata lain siapapun pasti membutuhkannya dan siapapun tidak akan puas dalam memilikinya. Nabi SAW bersabda : "...andaikan seorang anak Adam (manusia) mempunyai satu lembah dari emas, pasti ia ingin memiliki dua lembah. Dan tidak ada yang dapat menutup mulutnya (menghentikan kerakusannya pada dunia) kecuali tanah (maut)..." (HR Bukhari Muslim) H.28 KC.
Dalam upaya memenuhi keinginan dalam hal harta, banyak cara yang dilakukan oleh manusia dari yang wajar-wajar saja sampai yang tidak wajar bahkan kadang-kadang agak aneh. Yang wajar adalah dengan melakukan usaha, apapun itu yang penting halal dan baik (halalan thoyyibah). Nabi SAW bersabda:"Sungguh, sekiranya salah seorang dari kamu itu pergi mencari kayu bakar dan dipikul di atas pundaknya, lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau ditolak.." (HR Bukhari Muslim dr Abu Hurairah) 177.
Yang tidak wajar adalah melakukan penipuan, mencuri, prostitusi, berjudi, mengurangi sukatan (timbangan) sehingga merugikan orang lain. Firman Alloh: " Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan".(QS Huud (11): 85). Mereka tidak memperdulikan lagi halal atau haram, bagi mereka yang penting kebutuhannya terpenuhi. Benarlah apa yang dikatakan oleh Nabi dalam sabdanya: "akan datang kepada manusia suatu masa, dimana orang tiada peduli akan apa yang diambilnya apakah dari yang halal ataukah dari yang haram" (HR Bukhari).
Dan yang aneh-aneh adalah bersekutu dengan syetan (Jin). Ada yang pergi ke gunung-gunung, orang pintar, memelihara Jin dan lain sebagainya. Perbuatan yang terakhir ini sudah tergolong kepada syirik. Al-qur’an mewartakan kepada kita bahwa memang ada segolongan manusia yang meminta perlindungan kepada Jin. Firman Alloh : "Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan". (QS Al-Jin (72): 6). Bila kita perhatikan soal memelihara Jin ini, sesungguhnya yang terjadi adalah sebaliknya yaitu manusia itu sendirilah yang dipelihara oleh Jin untuk menjadi temannya di neraka kelak. Firman Alloh: "... Dan hari diwaktu Allah meng-himpunkan mereka semuanya : "Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia", lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki ". Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui..." (QS Al-An Am (6): 128)
Benda-benda Keramat/Binatang Peliharaan
Bentuk kesenangan dunia yang lainnya adalah benda-benda keramat atau binatang peliharaan. Menurut mereka kegunaan dari benda dan binatang ini adalah untuk ketenangan hati. Sungguh aneh kalau dikatakan hatinya tenang dengan memakai benda ini atau memelihara binatang itu. Bahkan lebih aneh lagi kalau ada orang yang tidak berpunya yang memiliki benda dan binatang tersebut, tidak mau melepaskan benda dan binatang tersebut meskipun dibeli dengan harga jutaan rupiah - katanya-.
Padahal benda atau binatang tak akan mampu memberikan ketenangan yang hakiki, dan yang mampu memberi ketenangan yang sebenarnya/ hakiki dalam hati manusia hanyalah Alloh, sesuai dengan firman-Nya: "Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka ...." (QS Al-Fath (48): 4)
Adakalanya kita menjadikan binatang peliharaan sebagai kesenangan, ada yang kita ambil manfaat suaranya, kebagusan kulitnya dan lain-lain sebagainya. Terkadang kesenangan ini membuat kita lupa pada sekeliling kita bahkan diri kita sendiri. Kita mandikan, kita beri makan yang enak-enak, sementara dirinya dan keluarganya makan dengan seadanya. Terlambat memberi makan atau memandikan, semua penghuni rumah dimarahi. Atau terkadang saking asyiknya kita hingga lupa akan perintah Alloh. Kita merasa tak bersalah sebab hal ini bukan merupakan bentuk kemaksiatan tetapi sekedar hobbi yang kita anggap wajar.
Salah satu bentuk kesenangan yang telah memperdaya Nabi Sulaiman adalah sesuatu yang amat dekat dengan dirinya. Kesenangan tersebut bukanlah bentuk kemaksiatan dalam arti yang secara umum dipahami, namun merupakan hal yang menurut penilaian kita amat wajar kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu sesuatu yang amat kita senangi berupa hewan peliharaan. Lebih jauh Al-Qur'an mengungkap hal tersebut: "(Ingatlah) ketika dipertunjukkan padanya (Sulaiman) kuda-kuda yang tenang ketika berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore. Maka ia berkata: 'Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) karena ingat pada Tuhanku sampai kuda itu tertutup dari pandangan. (Ia berkata): 'Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku. Lalu ia memotong leher dan kakinya" (QS38:31-33)

Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa kesenangan dunia bisa melalaikan siapa saja dari mengingat Alloh, dari masyarakat biasa sampai kepada seorang Nabi. Andaikan seseorang tidak menyadarinya, maka ia akan menganggap biasa hal-hal tersebut. Namun bagi mereka yang menyadari bahwa kesenangan itu telah merenggut cinta kasih Alloh kepadanya, maka ia akan berusaha sekuat tenaga menyingkirkan/ membunuh kesenangan dunia yang telah memperdayakannya. Dan berusaha sekuat daya dan upaya pula untuk meraih kembali cinta kasih sejati dari Alloh SWT.

Sesuatu yang mati memang harus segera kita kubur
agar tidak menjadi bangkai yang mengeluarkan aroma yang tidak sedap
yang nantinya akan menyebarkan penyakit,
walaupun yang mati adalah sesuatu yang menjadi kesayangan kita.
Kesenangan Diri (Hawa Nafsu)
Bentuk kesenangan yang lainnya adalah kesenangan akan diri sendiri, yaitu bentuk kesenangan yang memanjakan diri. Bentuk kesenangan ini umumnya dilakukan karena faktor ketidaktahuan akan jati dirinya sebagai hamba Alloh, sehingga mereka mudah ikut-ikutan dan terbawa arus. Mereka malu bila tidak mengikuti perkembangan mode, baik pakaian, gaya hidup dan lain sebagainya. Jadilah ia senantiasa orang memperturutkan keinginannya (hawa nafsunya) tersebut. Alloh SWT berfirman : "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya ..." (QS Jatsiyah (45:23). Lebih jauh Alloh SWT menegaskan bahwa kita dilarang untukmengikuti sesuatu apapun itu yang kita tidak mengetahui kemanfaatan dari sudut pandang syar’i (Agama): "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS Al-Isra (17) : 36)
Kondisi hari ini bisa kita saksikan betapa banyaknya manusia yang memanjakan dirinya tanpa tahu manfaatnya, baginya perkembangan mode/ gaya hidup bukan sekedar diketahui tapi harus diikuti dan masuk kedalamnya. Maka bisa kita saksikan dalam kehidupan kita gaya hidup yang tidak mencerminkan nilai-nilai wahyu tumbuh menjamur, seperti samen leven, perkawinan sesama jenis, kontes-kontesan yang menampilkan aurat dan lain sebagainya.

Bila dalam usaha meloloskan Gus Dur menjadi Presiden terbentuk "Poros Tengah", maka dalam hal kesenangan pribadi terbentuk suatu komunitas yang dikenal dengan "Polos Tengah", yaitu suatu mode pakaian yang umumnya dikenakan oleh para wanita dengan menampilkan "Tengah-Tengah Tubuhnya" ( B*j*l, b*k*ng, d*d*, p*h* maksudnya - red). Mereka berpakaian namun sebagian besar tubuhnya terbuka atau lekuk-lekuk tubuhnya "dapat dibaca" bahkan oleh orang yang buta huruf sekalipun. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda: Ada dua macam penduduk neraka yang keduanya belum kelihatan olehku (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang dipergunakannya untuk memukul orang (2) wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga dengan bertelanjang, dan wanita-wanita yang mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka bagaikan punuk onta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal surga dapat tercium dari jarak yang sangat Jauh" (HR Muslim dari Abu Hurairah) h 117-2004.

Ketika Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) sedang dibahas, maka terjadi gelombang penolakan yang begitu hebatnya. Mereka umumnya mengatasnamakan HAM (kesenangan pribadi). Mereka tidak pernah sadar (sadar???) bahwa (tubuh) mereka tengah dieksploitasi (dijual) oleh segelintir orang yang bisnis mereka merasa terancam dengan adanya RUU APP ini. Maka mereka serentak bersatu padu menghadang laju pembahasan RUU-APP dan mereka mengharapkan agar agama (Islam) jangan memasuki ranah mereka, atau dalam bahasa seni dikenal dengan Seni untuk Seni. Maka amat benar lah apa yang diwahyukan oleh Alloh "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya ..." (QS Jatsiyah (45:23)

Itulah beberapa hal bentuk kesenangan dunia yang diperjuangkan mati-matian dalam meraihnya, seakan-akan dunia itu kekal, seakan-akan mereka kekal, seakan-akan mereka pahlawan pembela kebenaran. Mereka lupa bahwa dunia itu sementara, mereka juga sementara. Seuanya akan lenyap/ musnah dan kekallah Alloh, lantas mengapa mereka tidak (mau) mengikuti yang kekal???
Sebagai insan beriman, kita mesti menyadari bahwa dunia hanyalah tempat atau sarana sementara kita untuk melakukan aktifitas-aktifitas. Yang tentunya jangan membuat kita ngoyo mengejar kesenangan-kesenangan semu yang ditampilkannya, karena pada akhirnya semua yang kita kejar atau buru untuk kita jadikan kesenangan akan lenyap dan musnah bersama lenyap dan musnahnya kita dari dunia ini. Alloh befirman: "Dan berilah perumpamaan kepada mereka, kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS 18:45).

Senada dengan hadits yang disebutkan pada paparan makalah ini, dalam salah satu hadits qudsi, digambarkan bahwa kesenangan dunia bagaikan bangkai dan orang yang memperebutkannnya atau memburunya diumpamakan sebagai anjing. "Alloh SWT telah mewahyukan kepada Daud, perumpamaan dunia yaitu laksana bangkai dimana anjing-anjing berkumpul mengelilinginya, menyeretnya kian kemari. Apakah engkau senang menjadi seekor anjing, lalu ikut bersama mereka menyeret bangkai-bangkai itu kesana kemari?

Kebiasaan-kebiasaan yang menyita waktu kita untuk mengingat Tuhan merupakan bentuk lain dari kesenangan dunia. Mungkin secara sadar atau tidak sadar, dalam diri kita dan sekeliling kita terdapat kesenangan dunia yang kita kenakan, yang kita anggap sebagai hal yang lumrah, padahal hal tersebut telah menyita perhatian kita yang sesungguhnya dari kekasih sejati kita.

Bangkai-bangkai yang disebutkan dalam hadits qudsi tersebut mungkin hari ini dan hari-hari lalu begitu amat dekatnya dengan kehidupan kita. Bau busuknya terasa begitu amat harum menurut penciuman kita. Tidak heran seringkali kita berdekatan dengan bangkai-bangkai tersebut bahkan mungkin kita menganggapnya sebagai hidangan yang lezat untuk kita santap.

Sesuatu yang mati memang harus segera kita kubur agar tidak menjadi bangkai yang mengeluarkan aroma yang tidak sedap yang nantinya akan menyebarkan penyakit, walaupun yang mati adalah sesuatu yang menjadi kesayangan kita.
Kita berharap semoga kita tidak menjadi anjing-anjing yang menyeret bangkai kesana kemari, dan kita berharap semoga kita menjadi seorang musafir dalam kehidupan ini, yang dengan bekal secukupnya mampu menjelajah dunia, merenunginya, dan menjadikan kita mampu memahami arti kehidupan ini. Amin!

1 Comments:

At 1:14 PM, Blogger muhasuh said...

quantum ikhlas nya mana?

 

Post a Comment

<< Home