Monday, August 20, 2007

Atas Berkat RAHMAT ALLAH SWT...

Oleh : Muhasuh

Baru saja bangsa ini melaksanakan ulang tahun yang ke 62 yang dirayakan secara serentak diberbagai wilayah tanah air.

Menarik untuk kita kaji permasalahan yang terjadi pada bangsa ini setelah kemerdekaan melalui pendekatan sejarah bangsa lain yang terdapat pada Al-Qur’an. Seperti kita ketahui salah satu fungsi Al-Qur’an adalah sebagai Ibrah atau pengajaran kepada kita agar kita tidak terperosok pada lubang yang sama. Untuk itu dalam contoh ini akan dikemukakan tentang Bangsa Israil, karena bangsa ini banyak disebut-sebut dalam Al-Qur’an

Bangsa Israil adalah bangsa yang terjajah ratusan tahun lamanya dibawah kekuasaan Firaun-Firaun. Selama ratusan tahun itu bukan hanya wilayah dan fisik bangsa Israil saja yang terjajah, namun juga sudah sampai pada mental spirituil (ideologi) yang terjajah, sehingga banyak diantara mereka sudah kehilangan identitas diri sebagai bangsa. Mereka merasa rendah dihadapan bangsa Mesir yang menjajahnya. Bahkan diantara mereka banyak yang “menghamba” kepada pejabat-pejabat Mesir dan menjadi pengkhianat bangsanya, sesuatu yang lumrah dalam suatu negara jajahan termasuk Indonesia.

Demikianlah bangsa dimana para Nabi senantiasa muncul (QS 5: 20) kini menjadi lemah tanpa daya dan hanya menunggu nubuwah tentang kelahiran seorang anak manusia yang dapat membebaskan bangsanya dari cengkeraman penjajah.

Namun setelah kedatangan “sang Pembebas” pun mereka tetap saja tidak memiliki semangat untuk merdeka. Mereka tetap bangsa yang lemah, tidak memiliki semangat juang.(QS 7: 129). Tergambar dalam benak mereka bahwa ditindas oleh Firaun ataupun berusaha melakukan pembebasan hasilnya akan sama. Mereka beranggapan bahwa “sang Pembebas” lah yang mengerjakan tugas pembebasan itu.

Demikianlah, karena sudah merupakan janji Tuhan, akhirnya bangsa ini terbebas dari Firaun dengan menyeberangi laut yang terbelah atas kehendak Allah melalui tongkat Nabi-Nya. Pada saat-saat menghadapi tentara Firaun ditepi laut, bangsa Israil tetap saja menyalahkan Nabinya atas situasi genting seperti itu. Situasi dimana mereka beranggapan tidak mungkin untuk menyeberangi lautan dan tak kuasa menghadapi Firaun dan balatentaranya.

Setelah bebas, bangsa ini, kurang mampu “memaknai” arti kebebasan itu. Rasa syukur dihati mereka hampir tidak ada sama sekali, bahkan mereka mengeluh dan mengeluh. Dan bahkan ketika Nabi mereka munajat kepada Tuhannya, bangsa ini seakan hilang pegangan, mereka akhirnya kembali kepada ideologi Firaun, yaitu membuat “Tuhan” sebagaimana bangsa Mesir membuat Tuhan-tuhannya. Demikianlah, akhirnya bangsa ini karena hasutan pengkhianat “Samiri” mengembalikan ideologi “Pembebasan Musa” kepada ideologi Penjajah (Firaun). Maka dibuatlah patung anak sapi oleh mereka. Dengan kondisi seperti itu, maka bangsa ini dihukum selama 40 tahun berputar-putar di tempat itu (QS 5: 26). Pengampunan demi pengampunan, diiringi dengan pengingkaran kepada nikmat Tuhan datang silih berganti pada bangsa ini.


Dalam kasus Negara kita, wakil-wakil rakyatnya ketika itu telah sepakat bahwa kemerdekaan yang direbut dari penjajah adalah “ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH..”. sebuah keinginan dan pengakuan yang jujur yang diwujudkan dalam pembukaan UUD Negara ini. Namun apa yang terjadi? Bangsa ini sepertinya tidak mampu untuk mensyukuri nikmat kemerdekaan dengan kembali kepada pemahaman “Atas berkat rahmat Allah”, namun makin jauh bangsa ini makin mendekat dengan ideologi kaum penjajah dan makin jauh kalimat tersebut tidak pernah direnungkan kecuali pada setiap peringatan 17 Agustus. Peraturan-peraturan dan perundang-undangan bahkan praktek bernegara dan bermasyarakatpun kian hari kian condong ke Ideologi Penjajah. Makin hari jenis kelamin bangsa ini makin tidak jelas, apakah ia negara agama, negara sekuler, negara sosialis atau negara apa? Namun yang pasti pembukaan UUD Negara ini dikemukakan dengan kalimat “ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH”

Barangkali cobaan demi cobaan yang menerpa Bangsa ini dari awal kemerdekaan sampai hari ini merupakan bentuk teguran dari yang di Atas agar bangsa ini kembali pada kesepakatan atau janji yang telah mereka sepakati. Berkacalah pada bangsa-bangsa lain yang memiliki identitas dan harga diri di tengah-tengah percaturan bangsa-bangsa dengan memegang teguh konstitusinya. Bila bani Israil di pusingkan dengan urusan nternalnya selama 40 tahun, berapa puluh tahun untuk Indonesia?

(Renungan 17 an)

1 Comments:

At 9:22 AM, Anonymous Anonymous said...

blog berkesan, teruslah menulis.
salam dari arsitek depok

 

Post a Comment

<< Home