Thursday, November 25, 2010

Cinta Rasul

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS 33:21)


Setiap pecinta tentu membutuhkan bukti cinta. Kalau kita mencintai seseorang misalnya, tentu kitapun butuh untuk membuktikan cinta kita padanya. Dengan jalan apa? Apakah bisa disebut cinta jika itu hanya bertepuk sebelah tangan? Atau apakah dianggap cinta bila orang yang kita cintai justru tidak mencintai atau bahkan membenci kita?


Tentu saja cinta akan bersemi manakala kedua pihak terjadi hubungan saling mencintai. Dengan demikian tidaklah dikatakan cinta bila itu hanya dari satu pihak saja. Seorang pecinta akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui keinginan dari orang yang dicintainya, agar cintanya senantiasa abadi. Dia akan berusaha semaksimal mungkin menghindari hal-hal yang justru dibenci oleh yang ia cintai. Begitulah cinta.


Begitupun dalam hal mencintai Nabi kita Muhammad SAW. Tentu tidaklah dikatakan cinta bila itu hanya datang dari diri kita sendiri apa lagi kita tidak pernah mau tahu dan mencari tahu apa yang disuka dan dibenci oleh Beliau. Kita hanya berteriak-teriak menyebut namanya tiap saat, tapi tak pernah sedikitpun memahami apa yang beliau harapkan dari bukti cinta kita padanya. Bahkan seringkali kita melakukan hal-hal yang dibenci beliau dan bahkan kita sering meninggalkan hal-hal yang beliau inginkan agar kita melaksanakannya.


Cinta kepada Rasul memang bukan sekedar menyebut-nyebut namanya dia membutuhkan bukti dari cinta. Bukti itu adalah mencintai beliau melebihi apa dan siapapun diantara makhluk-makhlukNya. Sabda beliau SAW.: "...Tidak sempurna iman seseorang, diantara kamu sebelum ia lebih mencintai aku daripada mencintai ibu bapaknya, anaknya dan manusia umumnya" (HR Bukhari dari Anas RA) QS 33:6


Itulah bukti cinta yang diinginkan Rasul kepada kita. Mengorbankan seluruh hidup dan kehidupan kita, mengorbankan seluruh apa yang kita sukai demi mendapatkan cinta Rasul. Tanpa itu cinta kita hanyalah bertepuk sebelah tangan.


Yang menjadi pertanyaan, REALISTISkah hal tersebut? hanya untuk mendapatkan cinta Rasul kita mesti mengorbankan semua yang kita miliki? Bagi pengusung HAM dan kebebasan yang tanpa batas hal tersebut jelas melanggar kaidah-kaidah kebebasan. Bagi mereka yang setengah-setenngah dalam beragamapun pasti mencibir sinis tentang pengorbanan tersebut. Demikian juga yang tidak mempercayai akan hari akhir, jelas mereka akan menolak bentuk pengorbanan seperti itu. Bahkan mungkin mereka menganggapnya sebagai bentuk penindasan terhadap harkat dan martabat serta kebebasan diri. Dan bahkan mereka mengatakan bahwa agama ternyata memang benar sebagai candu bagi masyarakat.


Tapi, marilah kita tengok apakah pengorbanan yang kita lakukan tersebut cukup realistis dengan apa yang telah dan akan dilakukan oleh Rasul kepada kita ummatnya.


Pertama, sepanjang kehidupan yang beliau jalankan beliau tak henti-hentinya mengangkat harkat dan martabat manusia dari kegelapan kepada cahaya Ilahi. Beliau ajarkan seluruh kebaikan yang bermanfaat bagi manusia dan beliau dengan keras dan lantang mencegah manusia dari melakukan hal-hal yang tidak baik bagi kehidupan itu sendiri (QS 7: 157). Beliaupun melakukan persamaan kedudukan diantara sahabat-sahabatnya yang sebelum diutusnya banyak terjadi penindasan oleh kaum yang berpunya dan berkedudukan terhadap kaum papa. Dan beliau tidak pernah meninggikan seseorang/ kaum kecuali berdasarkan ketaqwaannya.


Kedua, menjelang wafatnya beliau masih memikirkan ummatnya (kita) dengan mengucapkan "Ummati...Ummati". Itulah beliau seorang yang telah ditakdirkan syurga untuknya tetap memikirkan kita ummatnya. Sementara kita semasa hidup yang kita jalani jauh dari ajaran-ajarannya, dan bahkan menentang dan mencemooh habis-habisan ajaran tersebut. Dan tak jarang diantara kita lari menjauh dan merasa jijik dan malu mengamalkan ajarannya.


Ketiga, seperti kita ketahui bahwa semua manusia memiliki kesalahan dan dosa. Dan diakhirat nanti semua itu akan diperlihatkan kepada kita, sehingga kita akan tahu dari hasil tersebut dimana kita akan ditempatkan. Neraka atau Surga. Dan di hari itu semua manusia tak terkecuali membutuhkan pertolongan Allah SWT agar selamat. Ditengah kegundahan setiap manusia akan keselamatan dirinya mereka mencari dan terus mencari seseorang (Nabi) yang mampu menyelamatkan mereka, namun tak ada yang mampu melakukan semua itu kecuali Nabi Muhammad SAW. Kenapa hanya Nabi Muhammad SAW saja yang mampu memenuhi kebutuhan itu? Jawabannya adalah seperti yang beliau sabdakan berikut ini. "Setiap nabi memiliki doa yang selalu diucapkan. Aku ingin menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat". (HR Muslim dari Abu Hurairah ra)


Ya, itulah SYAFAAT, doa yang disimpan oleh Nabi kita untuk Ummatnya kelak di yaumil akhir. Dengan syafaatlah kita akan selamat di akhirat nanti.


Pertanyaan yang perlu kita patri di dalam hati kita adalah. Seberapa besar cinta dan pengorbanan kita kepada Rasulullah SAW agar kita mendapatkan syafaatnya?


(Draft Tulisan) 040410 00:00

1 Comments:

At 9:13 AM, Anonymous Anonymous said...

pada zaman ini apa masih ada nabi, karena saya mau merealisasikan cinta saya kepada nabi, ternyata sudah wafat, padahal hadist tadi mengatakn tidak beriman sebelum mencitai nabi melebihin bapak ibu.

 

Post a Comment

<< Home