Monday, June 15, 2009

Sekali Lagi Tentang Shabar


Oleh : Muhasuh

Banyak orang-orang pandai mendefinisikan tentang shabar. Dari definisi yang amat sederhana, sedang, sampai dengan definisi yang amat 'njlimet. Definisi-definisi tersebut mungkin sudah memenuhi ruang fikir kita, sehingga definisi-definisi tersebut kita jadikan sebagai parameter mengukur keshabaran kita.

Al-Qur'an dan Hadits Nabi, tidak memberikan definisi yang pasti dari Shabar. Al-Qur'an misalnya menerapkan pola aplikasi langsung dari keshabaran. Ketika Al-Qur'an berbicara shabar, maka selanjutnya dikemukakan ujian-ujian yang akan menimpanya (2:153-157). Atau tatkala orang telah melewati ujian-ujian lalu disebutkan sebagai orang-orang shabar.

Ada suatu kisah ketika seorang wanita ditimpa musibah kematian seorang anaknya dan sedang menangisinya, Nabi berujar: "... shabar itu adalah pertamakali kamu ditimpa musibah". Dilain kesempatan Nabi berujar: "Orang yang kuat bukanlah orang yang mampu mengalahkan lawan-lawannya, tetapi orang yang kuat adalah dia yang mampu mengalahkan dirinya sendiri"

Yang menarik dari apa yang telah diungkap baik oleh Al-Qur'an ataupun hadits adalah bahwa seseorang dianggap shabar manakala ia telah berbenturan langsung dengan ujian atau cobaan atau musibah yang sedang menimpanya.

Jadi tidaklah dianggap shabar orang yang memiliki pengetahuan tentang shabar tanpa mampu menerapkannya dalam permasalahan dan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan dan kejadian sehari-hari.

Dengan demikian shabar bagaikan sepotong baju yang kita kenakan yang dapat menutupi aurat kita, dan shabar bukanlah laksana sepotong baju yang tergantung atau tersimpan di dalam lemari pakaian, yang belum berguna sebelum kita kenakan.Shabarpun bukan laksana sepotong pakaian yang kita kenakan yang masih memperlihatkan sebagian aurat-aurat kita. Tapi ia laksana baju yang dengan sempurna menutupi tubuh kita. Shabarpun bukan laksana sepotong pakaian yang menutupi aurat kita yang warnanya kita pilih agar menarik bagi yang melihatnya tapi shabar adalah seperti sepotong pakaian berwarna sejati yang menutupi aurat, yang mampu menjadikan pemakai nya tunduk dihadapan Zat Yang Maha Sejati.

Semoga Alloh senantiasa menanamkan keshabaran dan ketabahan pada diri kita dalam kehidupan ini. Amin.

Friday, June 12, 2009

Shabar & Shalat sebagai Perisai *)

Oleh Muhasuh
*)Dari Berbagai Sumber


Pengantar

Pemaparan tentang shabar dan shalat dianggap perlu, sebab banyak diantara orang-orang yang mengaku dirinya beriman bila mendapat kesulitan berpaling dari kedua hal tersebut dan bahkan mengambil jalan yang lain yang mengakibatkan timbulnya goncangan dalam dirinya dan akhirnya menjadi stress.
Pemahaman yang benar akan kedua hal tersebut akan menjadikan kita berfikir positif dan realistis. Positif dalam artian setiap masalah yang kita hadapi haruslah kita hadapi dengan sungguh-sungguh dan prasangka baik kepada Allah, dan bahwa setiap masalah tidak lain adalah sebagai praktek keimanan langsung dari teori-teori yang selama ini kita pelajari dalam keseharian kita. Realistis, bahwa setiap masalah memang telah pasti ketetapannya, jadi dalam menghadapi masalah kita tidak perlu kaget yang menyebabkan kita kurang membumi dalam menyelesaikan masalah itu.
Pendahuluan
Arahan Dari Seluruh Pembahasan

Bahwasanya setiap manusia hidup mau tidak mau dia akan menghadapi banyak macam cobaan dan rintangan. Cobaan yang dihadapi terkadang ringan terkadang pula berat. Adakalanya cobaan itu datang dari dalam dirinya adakalanya datang dari luar dirinya. Bila cobaan-cobaan itu terus menerpa dirinya, akan menyebabkan orang tersebut guncang dan lepas kendali. Bila saja ia menyadari bahwa setiap cobaan pasti akan dia alami dalam hidup ini, bahwa setiap cobaan pasti ada cara penyelesaiannya, maka keguncangan yang melanda dirinya tidak akan terjadi.

Biasanya mereka yang mengalami keguncangan ini pada hakekatnya tidak/ belum mengerti hakekat dari cobaan tersebut. Mereka menganggap bahwa cobaan tersebut merupakan kutukan Tuhan ataupun ketidak adilan dari Tuhan semesta alam pada dirinya. Yang kemudian banyak diantara mereka yang lari kepada barang-barang yang haram. Maksud mereka lari ke barang-barang tersebut adalah agar jiwa mereka tenang dan tidak terpikirkan masalah-masalah yang sedang dihadapi tersebut. Namun yang terjadi adalah ketidakberdayaan dirinya untuk bangkit dari masalah tersebut. Bahkan jiwa mereka tetap saja guncang. Adakalanya orang yang sedang mengalami suatu cobaan melamun menyesali dirinya terus menerus tanpa melakukan suatu tindakan, tentu saja hal ini pun tidak dapat membantu orang tersebut bahkan bisa terjadi orang tersebut lepas kendali dan akhirnya ia menjadi stress dan gila. Tertawa-tawa, menangis, marah-marah sendirian.
Hal-hal tersebut diatas tidak akan terjadi apabila kita menyadari bahwa setiap cobaan pasti ada jalan keluarnya, dan setiap cobaan memang akan menimpa diri kita. Untuk itu islam memberikan alternatif pemecahannya, yaitu dengan Keshabaran dan Shalat.
Berangkat dari alasan-alasan tersebutlah dalam tulisan berikut akan mengutip surat Al-Baqarah ayat 153 - 157, yang merupakan inti dari pembahasan masalah ini. Kalau kita perhatikan ayat-ayat 153 - 157, disana terjadi hubungan yang saling pengaruh mempengaruhi, sehingga ayat-ayat tersebut tidak dapat kita pisah-pisahkan.
Adapun cara penyajiannya yaitu dengan pembahasan ayat per ayat yang dihubungkan dengan ayat lainnya yang mendukung pencapaian tujuan dari tulisan ini.

Shabar Dan Shalat
Dua Hal Yang Harus Dimiliki
Dalam Al-Qur'an surat ke 2 ayat 153 Allah berfirman "Wahai orang orang yang beriman jadikanlah Shabar dan Shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang shabar".
Dalam Al-Qur'an Surat ke 2 ayat 45 Allah juga berfirman "Jadikanlah shabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya hal ini adalah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu".
Pada ayat tersebut diatas, Allah memberikan 2 buah senjata kepada orang-orang yang beriman agar mereka senantiasa menjadikan shabar dan shalat sebagai perisai dirinya dalam menghadapi setiap persoalan yang mereka hadapi.
Yang menjadi pertanyaan adalah dalam hal apa shabar dan shalat itu mampu menolong kita? Benarkah bahwa keduanya mampu memberikan jalan keluar bagi permasalahan yang sedang kita hadapi? Mengapa mereka yang mempunyai 2 (dua) hal tersebut yang mampu menghadapi permasalahan/ tantangan?
Setiap permasalahan yang dihadapi mau tidak mau ia akan mempengaruhi jiwa/ mental/ sikap seseorang. Tentunya permasalahan yang ada bukanlah untuk direnungkan dan disesali, tapi sudah menjadi kewajiban manusia apabila ia sedang mengalami musibah (permasalahan) maka ia harus menyelesaikannya. Cara penyelesaian inilah yang akan mempengaruhi orang tersebut. Banyak macam cara menyelesaikan masalah (musibah) yang ada. Dari penyelesaian (jalan keluar) yang negatif sampai yang positif. Yang negatif ia tidak akan menyelesaikan permasalahan tapi justru akan menambah permasalahan yang ada, sedangkan penyelesaian yang positif akan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bahkan akan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang lainnya yang pernah dan akan ia hadapi .
Tentunya sebagai seorang beriman kita harus memilih penyelesaian yang positif yaitu dengan keshabaran dan menggantungkan harapan kepada Yang Maha Kuasa (Shalat). Sebab dengan keshabaran masalah yang sedang kita hadapi terhindar dari kekacauan-kekacauan yang mungkin akan timbul bila kita lakukan dengan ketidakshabaran, dan dengan keshabaran kita akan tenang dalam menghadapi setiap permasalahan yang timbul. Sesuatu masalah bila kita hadapi dengan ketergesa-gesaan akan menimbulkan hasil penyelesaian yang kurang memuaskan atau bahkan tidak memuaskan sama sekali. Sedangkan shalat yang merupakan sarana komunikasi langsung kepada Allah, akan menciptakan satu jalan keluar yang sebaik-baiknya.
Karena kemampuan manusia terbatas maka jalan yang paling teraman dalam menghadapi persoalan adalah dengan memohon bantuan dari Yang Maha Mempunyai Jalan Keluar, yaitu Allah S.W.T. Dengan demikian keshabaran dan senantiasa mendirikan shalat akan menciptakan suatu mentalitas yang mapan dan sikap hidup yang ksatria pada dirinya, yang dengan demikian akan membantu dirinya dalam menyelesaikan setiap permasalahan dan tantangan yang dihadapi.
Jadi jelaslah bahwa memang kedua hal ini akan berdampak positif bagi diri yang melaksanakannya dan akan berdampak negatif bagi diri yang tidak mau melaksanakannya.

Dalam Perjuangan
Menuntut Adanya Shabar Dan Shalat
Pada ayat ke 154 Allah berfirman "Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang gugur dijalan Allah itu mati bahkan mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya". Lihat juga Qs 3:169
Dari sini bahwa Shabar dan Shalat diperuntukkan untuk menghadapi sesuatu yang besar, yaitu perjuangan yang terus menerus membela dan menjalankan serta mempertahankan panji-panji Ilahi.
Dalam ayat tersebut Allah menjanjikan kepada orang yang beriman yang senantiasa shabar dan shalat dalam menghadapi perjuangan, apabila ia mati (gugur) maka pada hakekatnya ia hidup.
Bukankah perjuangan (melaksanakan perintah Allah) itu merupakan suatu kewajiban bagi orang-orang yang beriman? Sehingga diri kita, harta kita, jiwa kita secara utuh telah dibeli oleh Allah dengan memberi imbalan syurga? Perhatikan Firman Allah dalam QS 9:111 "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang yang beriman, jiwa dan harta mereka dengan memberi syurga kepada mereka"
Dalam pandangan orang beriman kehidupan didunia ini merupakan jembatan menuju akhirat. Sehingga dalam menata kehidupan dunianya yang penuh dengan tantangan, ia tidak surut kebelakang. Ia akan maju dan terus maju agar mampu mencapai kenikmatan hidup setelah ia mati. Karena sebagai seorang beriman ia menyadari bahwa kehidupan didunia ini hanya sementara saja, sedangkan kehidupan yang sebenarnya adalah diakhirat kelak. Seperti firman Allah dalam QS 29:64 "Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui".
Tidak semua manusia dalam menghadapi perjuangan (masalah) dapat berlaku shabar, banyak diantara mereka yang justru mengambil jalan pintas sebab merasa bosan dengan perjuangan (masalah yang dihadapi) ataupun merasa frustasi dengan kondisi yang ada. Untuk itu janji Allah tersebut merupakan pemacu semangat kita dalam menghadapi perjuangan (permasalahan), yang dengan demikian menuntut kita untuk berlaku shabar. Bagaimanakah jadinya perjuangan untuk menegakkan panji-panji Allah bila dilakukan tanpa keshabaran dan tanpa bermunajat kepada Allah S.W.T.? Bila saja dalam perjuangan (menghadapi permasalahan) kita tak berlaku shabar dan senantiasa mendirikan shalat maka kita tergolong orang-orang yang sombong/fasik.

Setiap Perjuangan
Pasti Akan Melalui Banyak Cobaan
Pada ayat ke 155-nya Allah berfirman :"Dan Kami akan memberi cobaan (kepada mereka) dengan rasa takut, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa, dan buah-buahan. Dan kabarkanlah kepada orang-orang yang beriman.....".
Pada ayat ini, shabar dan shalat memegang peranan yang maha penting. Betapa banyaknya manusia ketika menghadapi berbagai macam persoalan ataupun masalah-masalah, mereka jarang yang lari kepada Allah. Banyak diantara mereka yang mengambil jalan pintas, dengan minum-minum, ataupun melamun, dan bersembunyi dari cahaya Ilahi. Sehingga masalah yang mestinya harus segera diatasi justru menjadi berlarut-larut dan akhirnya menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Padahal sebagai orang beriman, semestinya kita menyadari bahwa dalam mengarungi samudera kehidupan didunia ini kita akan mengalami berbagai macam cobaan. Sudah tentu apabila kita telah menyadari hal tersebut, maka kita seharusnya menyiapkan senjata yang dapat menolong kita dalam menghadapi masalah tersebut, sehingga dalam menyelesaikan permasalahan tersebut kita tidak berpikir serta bertindak picik dan buta serta membabibuta.
Dalam Al-Qur'an Surat 57:22; Allah berfirman "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah"
Pada ayat diatas menunjukkan betapa cobaan itu telah pasti adanya dan akan datang dari berbagai sudut, sehingga bila kita tidak menyiapkan diri menyongsong datangnya cobaan tersebut maka kita akan termakan dan hancur oleh cobaan tersebut. Bukankah banyak manusia yang mengalami depresi/ stres/gila/guncang akibat ia tidak mampu menghadapi cobaan tersebut, dan akibat ia tidak mempunyai jalan keluar yang teraman ?
Bentuk-bentuk cobaan yang dihadapi yang datang dari berbagai sudut itu adalah berupa rasa takut, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa, dan buah-buahan.
Betapa banyaknya manusia yang takut akan sesuatu, entah takut pada manusia lainnya, entah itu takut menghadapi penyakit, takut tak mampu membiayai anak-anaknya, takut menghadapi kenyataan hidup, takut dan tak bisa menerima bila sesuatu yang ia cintai diambil oleh Yang Maha Kuasa, seakan-akan apa yang ia miliki akan kekal selamanya. Takut hartanya diambil orang, takut miskin yang menyebabkan ia tak mau beramal dijalan Allah.
Kalau kita menyadari bahwa semua itu adalah cobaan, lantas mengapa kita tak memandang dan menyelesaikan permasalahan itu dengan jendela keimanan kita?
Mereka
Yang Mampu Menghadapi Cobaan
Pada ayat 156-nya Allah berfirman "Yaitu mereka-mereka yang apabila ditimpa musibah mereka berkata "Innalillahi Wa inna ilaihi rojiun"
Ayat ini terkait pada ayat sebelumnya. Bila pada ayat sebelumnya Allah mengemukakan bentuk-bentuk cobaan yang bakal dihadapi oleh orang-orang yang beriman, maka pada ayat ini Allah menjelaskan orang-orang yang mampu menghadapi bentuk-bentuk cobaan tersebut.
Pada ayat ini dengan gamblang menyebutkan bahwa mereka-mereka yang mampu menghadapi setiap cobaan dalam kehidupan ini adalah mereka-mereka yang senantiasa menyadari bahwa setiap cobaan itu datangnya dari Allah, oleh sebab itu maka harus dikembalikan kepada Allah.
Mereka-mereka ini apabila menghadapi sesuatu cobaan mereka senantiasa mengadukan masalahnya kepada Allah. Mereka tidak pernah mencari jalan penyelesaiannya lewat hal-hal yang tidak diajarkan oleh Allah. Bukankah Allah akan mencarikan jalan keluar bagi orang-orang yang beriman bila ia menghadapi permasalahan, dan permasalahan itu dilaporkan kepada-Nya? Firman Allah dalam QS 65:2 "... Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar". Senada dengan ayat ini adalah surat 64:11 "Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya"
Dalam masalah ini ada dua hal yang menjadi tanda tanya. Pertama apakah shabar itu berarti kita harus berdiam diri tanpa melakukan suatu tindakan? Yang kedua benarkah ada diantara orang-orang yang beriman apabila ia menghadapi permasalahan mereka lari dari Allah?
Untuk yang pertama, memang saat ini banyak terjadi penyalahgunaan kata-kata shabar. Shabar bagi mereka adalah berdiam diri terhadap sesuatu yang menimpa mereka. Hal ini jelas bertentangan dengan semangat islam. Padahal dalam QS 13:11 Allah berfirman "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu mengubah dirinya sendiri". Jadi bila kita menghadapi suatu permasalahan, maka wajib bagi kita untuk berusaha menyelesaikan masalah tersebut sebatas kemampuan yang kita miliki.
Yang kedua, inipun banyak terjadi. Bila kita perhatikan firman Allah QS 61:2, Allah berfirman "Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat". Dari ayat ini kita bisa mengambil satu kesimpulan bahwa didalam diri orang yang berimanpun bisa saja terjadi hal seperti diatas, yaitu meninggalkan Allah disaat ia menghadapi cobaan, padahal ia tahu bahwa cobaan itu datangnya dari Allah.
Apabila dalam menghadapi permasalahan kita tidak kembali kepada Allah dengan melaksanakan satu sikap keshabaran yang murni dan mendirikan shalat, niscaya Allah akan membiarkan kita sendirian. Firman Allah dalam QS 59:19 "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik".
Pada ayat diatas jelaslah bahwa timbulnya stres, gangguan jiwa, serta keguncangan disebabkan oleh sikap sombong dan takabur dirinya, yaitu tidak mau kembali kepada Allah. Dalam salah satu hadits qudsi Allah berfirman pada malaikat "Pergilah kepada hamba-hamba-KU, dan timpakanlah ujian atasnya, karena aku ingin mendengar suaranya (Shabar/Tidak)"
Jadi jelaslah bahwa yang mampu menghadapi setiap cobaan yang dihadapi adalah mereka-mereka yang senantiasa menjaga keshabaran dan yang senantiasa mendirikan shalat.

Anugerah Bagi Orang
Yang Shabar Dan Mendirikan Shalat
Pada ayat terakhir yaitu ayat ke 157, Allah berfirman "Mereka itulah yang mendapat kenikmatan-kenikmatan dan rahmat dari Robbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk".
Siapakah mereka yang mendapat keberuntungan tersebut? Bila kita lihat secara kronologis ayat diatas, kita akan menemukan bahwa keberuntungan itu didapat oleh mereka yang mampu menghadapi setiap cobaan/perjuangan/ujian hidup didunia ini. Siapa lagi mereka itu bila bukan orang-orang yang shabar dan senantiasa bermunajat kepada Allah?
Pada ayat 154 Allah menyatakan, bagi mereka yang gugur pada hakekatnya mereka tidak mati tapi hidup, sementara bagi yang tidak gugur mereka mendapat kenikmatan, rahmat dan petunjuk dari Robbnya.
Dengan penganugerahan seperti itu kitapun menyadari, betapa amat wajar apabila Allah menganugerahkan kepada mereka itu nikmat yang besar. Bukankah untuk menghadapi cobaan dibutuhkan kesiapan mental kita untuk menjalaninya? Bukankah cobaan itu datang dari berbagai sudut kehidupan kita?. Bukankah cobaan itu menyebabkan kita menderita sedemikian hebatnya? Bukankah banyak orang yang lari dari ingat Allah ketika cobaan itu datang?
Beberapa Contoh Tentang Orang-Orang Yang Shabar

Nabi Ayub A.S.

Beliau adalah seorang Nabi yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang sukar diobati. Makin ia berdoa kepada Allah dan mengharapkan kesembuhan makin pula penyakit itu bertambah menjalar keseluruh tubuhnya. Dia nikmati penyakit yang menggerogoti dirinya dengan senantiasa memuji dan mengagungkan Allah. Dia tidak pernah berputus asa maupun menyesali nasibnya, dia tidak pula meninggalkan Allah. Dia tetap mencari kesembuhan dibarengi dengan sikap shabar dan senantiasa memuji Allah.
Bunda Maryam A.S.

Dia seorang wanita yang diuji oleh Allah dengan ujian yang amat berat. Hamil namun tidak mempunyai seorang suami. Betapa ia sendiri sempat bingung mendengar tuduhan keji dari masyarakat sekitarnya. Hampir-hampir ia berputus asa, namun dengan keshabaran dan senantiasa munajat kepada Allah, ia hadapi ujian itu dengan lapang dada.
Nabi Sulaiman A.S.

Ia merupakan seorang Nabi yang dianugerahkan oleh Allah kekayaan yang tidak dimiliki oleh manusia manapun juga. Namun dengan kekayaannya itu ia tetap mengingat kepada Allah. Kekayaan tidak menyebabkan ia berpaling dari Allah. Konon menurut cerita ia wafat dalam keadaan ia sedang shalat. Lain halnya dengan Qorun (Laknatulloh) ia lupa pada Allah ketika hartanya telah melimpah.
Nabi Zakaria
Seorang nabi yang diusia senja belum dikarunia seorang anakpun. Padahal ia adalah seorang yang amat dekat dengan Allah. Dia tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, ia senantiasa memohon dan memohon sambil menegakkan keshabaran kepada Allah. Doa-nya dalam keshabaran yang amat terkenal diabadikan dalam Al-Qur'an. Ia seorang yang sudah tua renta dengan rambutnya yang sudah memutih, dan tulang-tulangnya telah lemah, dan istrinya adalah seorang yang mandul. Dengan keshabaran dan senantiasa memohon pada Allah itulah jalan yang ia tempuh.
Penutup
Sebagai Suatu Kesimpulan
Untuk menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan ini dibutuhkan keshabaran dan komunikasi langsung kepada Allah secara terus menerus. Bila kita tidak memperhatikan dan menjalankan kedua hal tersebut niscaya kita akan tergelincir kepada jurang yang amat menyakitkan kita, berupa tekanan jiwa yang hebat, stress, depresi, serta gangguan-gangguan lainnya baik bersifat fisik maupun psikis.
Shabar dalam beberapa ayat AL-Qur'an dikatakan sebagai watak yang paling penting dan agung, dan betapa Al-Qur'an memuji sikap-sikap orang yang shabar. Dalam Surat 31:17; Allah berfirman : "Dan shabarlah atas apa yang telah menimpamu. Sesungguhnya hal itu adalah bagian dari perkara-perkara yang telah ditetapkan". Demikian juga dalam Surat 41:35; Allah berfirman "Sifat-sifat baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang shabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang beruntung". Demikian juga dalam surat 39:10; Allah berfirman "Sesungguhnya hanya orang-orang yang shabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas".
Sementara shalat merupakan ibadah yang amat besar. Bukankah perintah Shalat sendiri datangnya langsung dari Allah dalam Mi'raj Nabi besar Muhammad S.A.W.? Fungsi dari shalatpun besar sekali seperti yang tertera pada surat 29:45; Allah berfirman "Sesungguhnya shalat adalah mencegah dari perbuatan keji dan munkar"
Dari uraian diatas bisa ditarik satu kesimpulan mengenai hakekat shabar dan shalat.
Pertama, bahwa shabar dan shalat merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada kita dalam menghadapi kehidupan yang maha berat ini. Kedua, agar manusia mau mempraktekkan kedua hal tersebut Allah memberikan janji bahwa bagi mereka yang senantiasa melaksanakan dua hal tersebut mereka akan mendapatkan nikmat yang besar. Ketiga, bahwa shabar dan shalat diperuntukkan bagi manusia beriman untuk menghadapi cobaan serta ujian dalam mewujudkan kehendak-kehendak Allah dimuka bumi ini. Keempat, keshabaran bukanlah satu sikap diam atau dibibir saja, tapi ia harus terefleksi dalam segala tindak, tingkah, pikir kita dalam kehidupan ini.
Semoga Allah menjadikan keshabaran dan shalat, dua buah senjata yang senantiasa melekat dalam diri dan jiwa kita, sehingga kita mampu menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan ini.